Manfaatkan Waktu Dengan Sebaik - baiknya
Pernakah merasakan waktu terasa begitu cepat berlalu. Saat pagi belum mengerjakan apa-apa, ingin shalat dhuha tiba-tiba adzan dhuhur sudah berkumandang, habis ashar belum zikir sore dan baca al qur’an, waktu magrib dan isya telah datang, akhirnya berlalulah hari.
Begitulah hari berjalan tanpa bisa dihentikan, hari demi hari, pekan demi pekan, bulan demi bulan, tahun demi tahun berlalu. Sadar atau tidak bahwa waktu terus berlalu, usia terus bertambah, batas kehidupan semakin mendekat.
Sementara amalan-amalan shalih masih sangat minimalis. Masih banyak kewajiban yang belum ditunaikan, amalan sunnah tidak sempat dilaksanakan, menuntut ilmu belum sempat apalagi berdakwah. Shalat lima waktu, puasa ramadhan, shodaqoh, dan amalan-amalan yang lain belum maksimal.
Selain itu lisan yang belum terkendali dalam berucap pada kebaikan , penglihatan dan pendengaran belum dipergunakan sebagaimana mestinya, langkah kaki belum dilangkahkan pada jalan kebaikan. Waktu yang merupakan modal dalam kehidupan semakin berkurang namun waktu yang telah dilewati banyak yang sia-sia.
Waktu yang diberikan Allah swt semua akan di pertanggungjawabkan di hadapanNya kelak. Dalam pandangan Islam detik demi detik dalam kehidupan akan di perhitungkan nanti di alam akhirat. Sayang sungguh sayang kebanyakan manusia sekarang terjerumus ke dalam kelalaian dalam mempergunakan waktunya.
Manusia lalai mengisi waktunya dalam ketaatan. Mereka lupa bahwa waktu merupakan nikmat yang Allah berikan pada hambanya, mereka juga tertipu olehnya. Dari Ibnu ‘Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang” (HR. Bukhari no. 6412).
Demikian Allah Swt mengabarkan pada manusia bahwa Dia akan menanyakan atas setiap nikmat yang telah diberikan padanya. Allah Ta’ala berfirman:
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)” (QS. At Takatsur: 8).
Untuk itu menggunakan waktu haruslah diperhitungkan dengan perencanaan yang matang dan di pergunakan dengan sebaik-baiknya.
Rasulullah SAW bersabda :
“Jagalah lima perkara sebelum datangnya lima perkara yang lain, yaitu: masa mudamu sebelum datangnya masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu, masa hidupmu sebelum datang masa matimu, masa luangmu sebelum datangnya masa sibukmu.” (H.R. Hakim dari Ibnu Abbas)
Para Ulama Memaknai Waktu
Para ulama terdahulu memahami betul esensi waktu sehingga mereka mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Mereka tidak melewati waktunya tanpa melakukan ketaatan. Kita renungkan perkataan Sayyidina Abdullah bin Mas’ud seorang sahabat senior Nabi Muhammad Saw.
Beliau adalah salah seorang sahabat yang sangat menghargai waktu, ” Tak ada penyesalan yang lebih mendalam di bandingkan penyesalanku atas hari yang matahari terbenam terbenam, dan umurku berkurang, namun amal yang aku lakukan tidak bertambah”
Imam Hasan Al-Bashri seorang tabi’in mengatakan,” Wahai anak Adam, engkau adalah hari-hari. Jika sebagian hari telah hilang, maka hilang pula sebagian dari dirimu”.
Dalam kitab Al-Jawaabul Kaafi karya imam Ibnul Qayim rahimahullahu disebutkan bahwa Imam Syafi’i berkata, “Waktu laksana pedang, jika engkau tidak menggunakannya maka ia yang malah akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia”.
Karakteristik waktu
Yang pertama adalah waktu itu terbatas tidak dapat ditahan, dimajukan dan diundurkan seperti jarum jam. Begitu juga kehidupan dan kematian manusia tidak dapat diundur, semua atas ketetapan dan izin Allah Swt, sebagaimana dikabarkan dalam berbagai ayat dalam al-Qur’an :
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, …” (TQS al-Imran :145)
وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ
Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.(Qs al A’raf :34)
Karakteristik waktu yang kedua adalah cepat berlalu. Allah Swt menggambarkan waktu hidup pada manusia solah-olah hanya hidup selama sehari saja, seperti firman Allah dalam al qur’an Surat Yunus Ayat 45 :
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ كَاَنْ لَّمْ يَلْبَثُوْٓا اِلَّا سَاعَةً مِّنَ النَّهَا
“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa) seakan-akan tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali sesaat saja pada siang hari…”
Karakteristik yang ke tiga adalah tidak bisa diulang. Dalam kehidupan hari kemarin, masa-masa yang telah dilewati tidak akan terulang lagi. Sekiranya waktu yang berlalu diisi dengan kemaksiatan niscaya yang ada hanyalah penyesalan. Ingin mengulang waktu, itu tidak akan terjadi kalau batas waktu atau ajal sudah sampai, sangat jelas Allah mengingatkan dalam
Qs. Ibrahim 44
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ كَاَنْ لَّمْ وَاَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيْهِمُ الْعَذَابُۙ فَيَقُوْلُ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا رَبَّنَآ اَخِّرْنَآ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۙ نُّجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَۗ اَوَلَمْ تَكُوْنُوْٓا اَقْسَمْتُمْ مِّنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِّنْ زَوَالٍۙ
“Dan berikanlah peringatan (Muhammad) kepada manusia pada hari (ketika) azab datang kepada mereka, maka orang yang zalim berkata, “Ya Tuhan kami, berilah kami kesempatan (kembali ke dunia) walaupun sebentar, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul.”
Berdasarkan hal itu kita dapat memahami betapa berharganya waktu bagi manusia dalam kehidupan. Sungguh merugi bagi orang-orang yang menyia-nyiakan atau melalaikan ketika tidak mengisi dengan ketaatan kepada Allah Swt. Allah memperingatkan pada kita betapa berharganya waktu sebagaimana digambarkan dalam al Qur’an :
“Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. (TQs al “asr :1-3)
Supaya manusia dalam kehidupan tidak merugi hendaklah mengisi waktunya dengan sebaik-baiknya.
Karena waktu sangat singkat, tidak bisa terulang lagi maka melakukan perbuatan harus diwujudkan dengan skala prioritas. Seorang muslim dalam amal bukan berdasarkan penting atau tidak penting, bukan manfaat, dan bukan materi. Akan tetapi skala priotitasnya harus berdasarkan hokum syara’, Allah ridha atau tidak.
Walhasil ketika melakukan perbuatan harus memperhatikan perintah dan larangan Allah Swt. Perintah yang berupa wajib harus dilaksanakan misalnya ibadah mahdah seperti sholat, puasa, dan yang lain. Demikian juga dengan ibadah gairah mahdah seperti berbakti kepada kedua orang tua, mendidik anak, mengikuti kajian, berdakwah atau mengajak manusia kepada kebaikan dan ibadah wajib yang lain.Begitu juga melaksanakan perintah sunnah, agar semakin dicintai Allah.
Sebaliknya seorang muslim harus meninggalkan hal-hal yang merupakan larangan dari Allah, dan berusaha meninggalkan yang makruh, sehingga amanah waktu atau hidup yang diberikan Allah tidak tersia-siakan karena waktu hidup kelak akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah. BIla mengisi waktu dengan ketaatan maka akan mendapatkan kebahagiaan hakiki. Namun ketika melakukan kelalaian niscaya akan merugi dan diakhirat akan merasakan kesengsaraan.
Astaghfirullah al adhiim, ampunilah kami ya Allah yang telah menyia-nyiakan waktu yang telah engkau amanahkan pada kami. Berikanlah kemudahan pada kami untuk mengisi waktu dengan ketaatan padaMu.
Wallahu a,lam bi shawab.
-
https://tintamuslimah.com/2022/08/12/hati-hati-dengan-waktu/?amp
Komentar
Posting Komentar